Friday, April 10, 2020

Perencanaan Kurikulum Bahasa Arab



A.  Selayang Pandang Perencanaan Kurikulum Bahasa Arab
Berdasarkan Undang Undang no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[1].
Kurikulum yang merupakan komponen utama dalam pendidikan menuntut adanya harmonisasi dan pengorganisasian antara bagian di dalamnya. Maka berangkat dari itu, mengaplikasikan manajemen pada kurikulum adalah suatu keharusan. Sehingga bisa terwujud proses atau sistem pengelolaan kurikulum secara kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah dirumuskan.
Perencanaan kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi belajar-mengajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut. Tanpa perencanaan kurikulum, maka sistematika berbagai pengalaman belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang diharapkan.[2]
Dalam pengajaran bahasa Arab, perencanaan kurikulum pun harus diterapkan. Bahasa Arab merupakan bahasa asing yang sudah diajarkan sejak ratusan tahun yang lalu, seiring meluasnya Islam di Indonesia.[3]
Secara resmi bahasa Arab masuk ke dalam kurikulum madrasah (yang ijazahnya diakui negara) sejak turun Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri tahun 1975. Kemudian terbit Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 75 Tanggal 29 Desember 1976 yang diberlakukan secara nasional mulai tahun 1978.[4] Hingga saat ini dengan perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi, bahasa Arab tetap menjadi mata pelajaran yang diajarkan di madrasah di bawah naungan Kementrian Agama.
Terlepas dari itu, pembelajaran bahasa Arab beserta kurikulumnya juga diterapkan di lembaga non madrasah formal. Bahasa Arab juga diajarkan di pesantren-pesantren, kursus-kursus dan program studi khusus di perguruan tinggi.
Tabel 1
Bahasa Arab dalam Institusi
LEMBAGA
TINGKAT
POSISI
INSTITUSI
Formal
Dasar dan Menengah
Mata Pelajaran Wajib
MI, MTs, MA dan sekolah Islam
Bidang Studi Unggulan
Sekolah Bilingual (Bahasa Arab)
MA Jurusan Bahasa
Perguruan Tinggi
Mata Kuliah Umum
Prodi non PBA di PTAI
Program Studi
PBA, BSA




Non Formal
Pesantren
Pelajaran Wajib
Pesantren non Wajib Bahasa
Pondok Bahasa
Pesantren Wajib Berbahasa Arab
Pesantren Qowaid
Kursus atau Lembaga Pelatihan
Kursus Bahasa Arab
Kursus Bahasa Arab, Balai TKI


Pada tabel tersebut kita bisa tahu bahwa tiap institusi memilki target yang berbeda dalam mengkaji bahasa Arab. Ada yang menjadikan materi bahasa Arab sebagai materi primer tapi ada juga yang memposisikan sebagai pelengkap saja. Belum lagi perihal target pembelajaranya, beberapa lebih menekankan pada aspek kalam istima’ karena untuk komunikasi. Namun yang lain lebih pada qiroah sebab targetnya adalah analisis teks Qur’an dan kitab klasik, dan tujuan –tujuan lainnya yang lebih terperinci.
Berangkat dari fakta tersebut, perlu sekali untuk menyusun penyesuaian antara tujuan dan program dalam aktivitas kurikulum pembelajaran. Sehingga tidak terjadi salah sasaran, hanya karena kurang perkiraan. Hal tersebut masuk dalam bingkai perencanaan kurikulum bahasa Arab
Perencanaan kurikulum bahasa Arab menyangkut tentang aktivitas atau hal-hal yang harus diperhatikan dalam kurikulum bahasa arab. Hal tersebut ada sifat perencanaan, asas-asas kurikulum, karakteristik perncanaan dan semacamnya perihal perencanaan kurikulum.
B.  Penanggung Jawab Perencanaan
Dalam prinsip manajemen faktor pimpinan merupakan faktor utama karena kemampuan seorang pemimpin dalam menggerakan resouces akan  menentukan keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu hal pertama yang harus di perhatikan adalah siapa yang bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum. Secara garis besar ada dua[5] yaitu.
1.      Administrative approach
Merupakan kurikulum direncanakan oleh pihak atasan (administrator pendidikan) kemudian diturunkan kepada instansi bawahan terus ke guru. Guru dalam pendekatan ini tidak dilibatkan dan bersifat pasif.
2.      Grass Roots Approach
Pimpinan serta guru atau pengajar dapat merencanakan kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat kekurangan dalam kurikulum yang lalu dengan harapan dapat meluas ke lembaga lain. Hal ini dapat terjadi karena guru adalah manajer dimana guru harus ikut bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum yang sudah disusun.
Maka demi optimalisasi keberhasilan pengajaran bahasa Arab diperlukan manajemen yang terpadu, yang dimulai dari pucuk top manajer. Mustahil keberhasilan pengajaran bila pimpinan tidak mempunyai kepedulian terhadap bahasa Arab itu sendiri.[6] Termasuk keahlian dalam pengauasaan bahasa Arab bagi pimpinan lembaga yang menjadikan bahasa Arab sebagai ikon dan prioritas lembaganya.
C.  Tujuan dan Fungsi Perencanaan
Tujuan perencanaan kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka teori dan penelitian terhadap kekuatan sosial, pengembangan masyarakat, kebutuhan, dan gaya belajar siswa. Beberapa keputusan harus dibuat ketika merencanakan kurikulum dan keputusan tersebut harus mengarah pada spesifikasi berdasarkan kriteria. Merencanakan pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan kurikulum karena karena pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap siswa daripada kurikulum itu sendiri.[7]



Perencanaan perlu disusun dengan cermat, teliti dan menyeluruh oleh pimpinan. Hal itu dikarenakan fungsi dari perencanaan kurikulum yang sangat krusial, yaitu sebagai berikut: [8]
1.      Sebagai pedoman atau alat manajemen dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yang berisi petunjuk tentang jenis, sumber peserta, media, tindakan yang diperlukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, evaluasi dan lain-lain untuk mencapai tujuan manajemen organisasi.
2.      Sebagai penggerak roda atau pencipta perubahan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan organisasi. 
3.      Sebagai motivasi untuk melaksanakan sistem pendidikan ke arah yang lebih baik
Dari paparan tujuan dan fungsi di atas, dapat dipahami betapa sangat pentingnya perencanaan kurikulum bahasa Arab. Tanpa sebuah proses perencanaan maka akan terjadi model kurikulum spontanitas. Capaian target pada tiap pertemuan tidak terukur dengan jelas. Hal-hal yang seharusnya dipersiapkan  tidak diperkirakan dengan teliti dan menyeluruh. Ujungnya yang terjadi adalah kurang maksimalnya capaian pembelajaran disamping proses pendidikan nanti tidak bisa membawa perubahan sesuai kebutuhan masyarakat dan misi institusi.
D.  Karakteristik dan Asas Perencanaan
Perencanaan kurikulum disusun berdasar asas-asas sebagai berikut[9]:
1.      Objektivitas. Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas dan spesifik berdasarkan tujuan pendidikan nasional, data input yang nyata sesuai dengan kebutuhan.
2.      Keterpaduan. Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat, keterpaduan internal, serta keterpaduan dalam proses penyampaian.
3.      Manfaat. Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan keterampilan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan dan tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan.
4.      Efisiensi dan efektivitas. Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana, tenaga, dan waktu dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
5.      Kesesuaian. Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran peserta didik, kemampuan tenaga kependidikan, kemajuan IPTEK, dan perubahan/perkembangan masyarakat.
6.      Keseimbangan. Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara jenis bidang studi, sumber yang tersedia, serta antara kemampuan dan program yang akan dilaksanakan.
7.      Kemudahan. Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi para pemakainya yang membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
8.      Berkesinambungan. Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan dengan tahapan, jenis, dan jenjang satuan pendidikan.
9.      Pembakuan. Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis satuan pendidikan, sejak dari pusat sampai daerah.
10.  Mutu, Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang bermutu, sehingga turut meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas lulusan secara keseluruhan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan pengembangan kurikulum:[10]
1.      Memformulasikan fokus tujuan pengembangan serta penyesuaiannya dalam program-program pembelajaran
2.      Menentukan arah dan segi pengembangan kurikulum
3.      Menentukan metode, strategi dan media yang akan dipakai
4.      Menyusun rencana umum yang akan diimplementasikan pada pengembangan kurikulum
E.  Model Perencanaan Kurikulum
Ada empat model perencanaan kurikulum[11] yaitu:
1.        Rasional Tyler / Rasional Deduktif
Menitik beratkan logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari spesifik tujuan  tetapi cenderung mengabaikan problematika dalam lingkungan tugas. Model ini cocok untuk sistem pendidikan sentralistik yang menitik beratkan pada sistem perencanaan pusat.
2.        Interaktif Rasional.
Model ini memandang rasionalitas sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat yang berbeda, model ini dinamakan model situasional yang menekankan pada respon fleksibel kurikulum yang tidak memuaskan dan intensif pada tingkat sekolah dan local. Hal ini dimungkinkan karena suatu keyakinan ideology masyarakat demokrasi atau pengembangan kurikulum berbasis sekolah.
3.        The Disciplines Model
Perencanaan ini menitik beratkan pada guru. Dimana guru sendiri yang merencanakan kurikulum berdasarkan pertimbangan pengetahuan filosofis, sosiologi, psikologi,
4.        No Planning
Merupakan suatu model berdasarkan pertimbangan intuitif guru di dalam ruangan kelas sebagai bentuk pembuatan keputusan, hanya sedikit upaya kecuali merumuskan tujuan khusus, formalitas pendapat dan analisis intelektual.
Keempat model tersebut merupakan model idel dan bukan model perencanaan yang aktual. Umumnya perencanaan kurikulum mengandung empat model tersebut.
F.   Sifat Perencanaan
Suatu perencanaan kurikulum memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Bersifat strategis, karena merupakan instrumen yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
2.      Bersifat komprehensif yang mencakup keeluruhan aspek-aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat.
3.      Bersifat integrative Yang menintregasikan rencana yang luas, mencakup pengembangan dimensi kualitas dan kuantitas.
4.      Bersifat realistik, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan masyarakat.
5.      Bersifat humanistic, menitik beratkan pada pengembangan sumberdaya manusia, baik kuantitatif maupun kualitatif.
6.      Bersifat futuralistik Mengacu jauh kedepan dalam merencanakan masyarakat yang maju.
7.      Bagian integral yang mendukung manajemen pendidikan secara sistemik.
8.      Mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai standar nasional.
9.      Berdiversifikasi untuk melayani keseragaman peserta didik.
10.  Bersifat desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai dengan kondisi dan potensi daerah. [12]
G. Kerangka Kerja Perencanaan Kurikulum
Berdasarkan pemikiran dan teori Tyler (1950), Henrick (1950), Edward King (1950, 1957), dan Robert Harnack (1968), Oemar Hamalik lalu menguraikan kerangka kerja perencanaan kurikulum,[13] yaitu:
1. Fondasi
Pendidikan berdasar atas tiga daerah fondasi yang luas. Yaitu filsafat, sosiologi dan psikologi, yang berhubungan dengan kebutuhan individu maupun masyarakat. Perencanaan kurikulum berhubungan dengan fokus spesifik dari subjek daerah fondasi tersebut.
2. Tujuan (Goals)
Tujuan dikembangkan sesuai dengan jenjang wilayah, yakni nasional dan daerah. Tingkat nasional memberikan petunjuk bagi pengembangan lokal, dan sebaliknya. Masalahnya, perencanaan kurikulum yang spesifik tidak mempertimbangkan rumusan tujuan yang luas atau rumusan tujuan umum berkelanjutan.
3. General Objective
Sasaran umum menyajikan berbagai sasaran yang mengalihkan kegiatan belajar mengajar sejalan dengan tingkat perkembangan siswa sehingga program pendidikan pun sejalan dengan tingkat perkembangan siswa tersebut.
4. Decision Screen
Guru atau pihak perencana kurikulum perlu mempertimbangkan lima wilayah yang akan mempengaruhi keputusan mereka, yaitu (a) karakteristik siswa yang menggunakan kurikulum tersebut, (b) refleksi prinsip-prinsip belajar, (c) sumber-sumber umum penunjang, (d) jenis pendekatan kurikulum, dan (e) pengorganisasian pengelolaan disiplin spesifik yang digunakan dalam perencanaan situasi belajar mengajar.
5. Komponen Perencanaan Kurikulum
Komponen ini terdiri atas (a) perumusan tujuan belajar atau hasil tujuan yang digunakan, (b) konten yang terdiri atas fakta, dan konsep yang berhubungan dengan tujuan, (c) kegiatan yang mungkin digunakan untuk melaksanakan tujuan, (d) sumber-sumber yang mungkin digunakan untuk mencapai tujuan, dan (e) alat pengukuran untuk menentukan derajat pencapaian tujuan.
Pengembangan kurikulum khususnya pembelajaran bahasa Arab agar menjadi silabus dan RPP yang hasil guna, sebagai realisasi pemberlakuan kurikulum bahasa Arab di madrasah, maka tugas guru bahasa Arab adalah mengembangkan silabus dan RPP. Agar silabus dapat dilaksanakan dengan baik, guru dituntut untuk mengembangkannya menjadi RPP secara konstekstual. RPP yang diturunkan dari silabus yang disusun harus aplikatif di kelas.[14]
H.  Langkah-Langkah merancang
Langkah-langkah merancang suatu kurikulum adalah sebagai berikut:
1.    Perumusan Tujuan.
Di dalam merumuskan tujuan, perlu diperhatikan apa yang ingin didapat oleh peserta seusai proses. Dalam perumusan tujuan, perlu diingat :
a)    Tujuan adalah pada diri peserta
b)    Tujuan berupa hasil belajar perilaku tertentu (biasanya dinyatakan dengan infinitive / kata kerja tertentu)
c)    Objek dari tujuan itu (berupa materinya)
     Tujuan yang dirumuskan di dalam kurikulum adalah tujuan umum yang tidak bisa langsung dilakukan pengamatan atau pengukuran.
2.    Perumusan Isi Kurikulum
Isi kurikulum adalah keseluruhan materi dan kegiatan yang tersusun dalam urutan dan ruang lingkup yang mencakup bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masah, proyek-proyek  yang perlu dikerjakan. Atau dapat dikatakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan kurikulum yang telah ditentukan sebelumnya.
3.    Perumusan Metode dan Strategi Pembelajaran
     Metode atau strategi yang dipilih dirincikan. Untuk suatu tujuan atau materi tertentu bisa saja digunakan beberapa metode, demikian juga sebaliknya. Tahapan ini berisi berbagai aktifitas yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar mengajar. Aktivitas ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh muatan yang ditentukan sehingga tujuan yang ditetapkan terutama maksud dan tujuan kurikulum dapat tercapai.
4.    Merancang Strategi Bimbingan
Keseluruhan proses bimbingan untuk membantu siswa memecahkan masalah dan kesulitan yang dihadapinya dan memperbaiki serta mengembangankan kemampuannya sehingga tujuan kurikulum yang telah ditentukan dapat terwujud.
5.    Sumber
Sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan kurikulum yang telah ditentukan.
6.    Penentuan evaluasi yang diperlukan
Evaluasi dilakukan secara bertahap, berkesinambungan dan bersifat terbuka. Dari evaluasi akan didapat keterangan mengenai kegiatan dan kemajuan belajar siswa dan pelaksanaan kurikulum oleh guru. Serta apakah tujuan kurikulum yang ada telah terlaksana dengan baik.[15]
Proses perencanaan strategis dalam konteks pendidikan tidak jauh beda dengan yang biasa dipergunakan dalam dunia industry dan komersial.[16]
Terdapat tiga strategi pemasaran umum yang bisa dipakai tiap institusi[17]:
1.      Stategi biaya rendah.
Strategi ini menuntut institusi untuk memasang biaya paling rendah dalam pasarnya. Hal ini dapat dilakukan  dengan mengontrol ketat terhadap pengeluaran sehingga dana bisa dimanfaakan sesuai keperluan. Biaya yang lebih rendah menjadi daya tarik yang menawan bagi mereka yang kurang berkemampuan untuk membayar biaya pendidikan.
2.      Stategi pembedaan (ciri khas)
Strategi yang menuntut institusi untuk menjadi unik dalam beberapa hal dibanding pesaingnya. Dalam pendidikan strategi ini selain bisa menarik minat terhadap institusi juga memudahkan memperoleh sumber-sumber dana alternatif.
3.      Strategi Fokus
Strategi ini mencakup konsentrasi pada sebuah wilayah geografis, kelompok pelanggan atau segmen pasar tertentu. Dengan target tertentu institusi akann menyesuaikan program-programnya agar lebih dekat dengan kebutuhan kelompok target.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman bin Ibrahim Al-Fauzan, Idlo’at li Muallimill Lughotul Arabiyyah li Ghoirin Natiqina Biha (Riyadl: Arabiyyah Lil Jami’, 2011)
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu Pendidikan) (Yogyakarta: Ircisod, 2012)
Hilmi Ahmad Al Wakil dan Muhammad Amin Al Mufti, Ususul Binail Manahij wa Tandimatiha (Aman: Darul Masyroh, 2007)
Muhaimin dkk, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (Jakarta: Prenada Media Group, 2011)
Nur Sholeh dan Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab (Yogya: Diva Press, 2013)
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)
Udin Syaefudin Sa’ud, Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007)






[1]Undang Undang no. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 19
[2]Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 171
[3]lisanarabi.net/مقالات/313-دخول-اللغة-العربية-وانتشارها-في-إندونيسيا.html tulisan berjudul دخول اللغة العربية وانتشارها في إندونيسيا جوهر Nasarudin Idris Jauhar, diakses tanggal 6 Maret 2016 pukul 12.30 WIB
[4]Nur Sholeh dan Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab (Yogya: Diva Press, 2013), hlm. 14
[5]Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 149 - 150
[6]Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 141
[7]Rusman, Manajemen Kurikulum, (Seri II; Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada : 2009) hal. 21
[8]Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, hlm.152
[9] Ibid, 155 - 156
[10]Hilmi Ahmad Al Wakil dan Muhammad Amin Al Mufti, Ususul Binail Manahij wa Tandimatiha (Aman: Darul Masyroh, 2007), hlm. 357
[11]Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, hlm. 153-154
[12]Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, hlm. 154-155
[13]Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 174 – 177
[14]Nur Sholeh dan Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab (Yogya: Diva Press, 2013), hlm. 165 – 166
[15]Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, hlm. 157 - 163
[16]Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu Pendidikan) (Yogyakarta: Ircisod, 2012), hlm. 212
[17]Edward Sallis, Total Quality Management in Education, hlm. 227 – 228

0 comments

Post a Comment