A. Selayang Pandang
Perencanaan Kurikulum Bahasa Arab
Berdasarkan
Undang Undang no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.[1].
Kurikulum
yang merupakan komponen utama dalam pendidikan menuntut adanya harmonisasi dan
pengorganisasian antara bagian di dalamnya. Maka berangkat dari itu,
mengaplikasikan manajemen pada kurikulum adalah suatu keharusan. Sehingga bisa
terwujud proses atau sistem pengelolaan kurikulum secara kooperatif,
komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan
kurikulum yang sudah dirumuskan.
Perencanaan
kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat
keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi
belajar-mengajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode
tersebut. Tanpa perencanaan kurikulum, maka sistematika berbagai pengalaman
belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang
diharapkan.[2]
Dalam
pengajaran bahasa Arab, perencanaan kurikulum pun harus diterapkan. Bahasa Arab
merupakan bahasa asing yang sudah diajarkan sejak ratusan tahun yang lalu,
seiring meluasnya Islam di Indonesia.[3]
Secara
resmi bahasa Arab masuk ke dalam kurikulum madrasah (yang ijazahnya diakui
negara) sejak turun Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri tahun 1975. Kemudian
terbit Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 75 Tanggal 29 Desember 1976 yang
diberlakukan secara nasional mulai tahun 1978.[4]
Hingga saat ini dengan perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi, bahasa Arab
tetap menjadi mata pelajaran yang diajarkan di madrasah di bawah naungan
Kementrian Agama.
Terlepas dari itu,
pembelajaran bahasa Arab beserta kurikulumnya juga diterapkan di lembaga non
madrasah formal. Bahasa Arab juga diajarkan di pesantren-pesantren,
kursus-kursus dan program studi khusus di perguruan tinggi.
Tabel 1
Bahasa Arab dalam Institusi
LEMBAGA
|
TINGKAT
|
POSISI
|
INSTITUSI
|
Formal
|
Dasar dan Menengah
|
Mata Pelajaran Wajib
|
MI, MTs, MA dan sekolah Islam
|
Bidang Studi Unggulan
|
Sekolah Bilingual (Bahasa Arab)
MA Jurusan Bahasa
|
||
Perguruan Tinggi
|
Mata Kuliah Umum
|
Prodi non PBA di PTAI
|
|
Program Studi
|
PBA, BSA
|
||
|
|
|
|
Non Formal
|
Pesantren
|
Pelajaran Wajib
|
Pesantren non Wajib Bahasa
|
Pondok Bahasa
|
Pesantren Wajib Berbahasa Arab
Pesantren Qowaid
|
||
Kursus atau Lembaga Pelatihan
|
Kursus Bahasa Arab
|
Kursus Bahasa Arab, Balai TKI
|
Pada
tabel tersebut kita bisa tahu bahwa tiap institusi memilki target yang berbeda
dalam mengkaji bahasa Arab. Ada yang menjadikan materi bahasa Arab sebagai
materi primer tapi ada juga yang memposisikan sebagai pelengkap saja. Belum
lagi perihal target pembelajaranya, beberapa lebih menekankan pada aspek kalam
istima’ karena untuk komunikasi. Namun yang lain lebih pada qiroah sebab
targetnya adalah analisis teks Qur’an dan kitab klasik, dan tujuan –tujuan
lainnya yang lebih terperinci.
Berangkat
dari fakta tersebut, perlu sekali untuk menyusun penyesuaian antara tujuan dan
program dalam aktivitas kurikulum pembelajaran. Sehingga tidak terjadi salah
sasaran, hanya karena kurang perkiraan. Hal tersebut masuk dalam bingkai perencanaan
kurikulum bahasa Arab
Perencanaan
kurikulum bahasa Arab menyangkut tentang aktivitas atau hal-hal yang harus
diperhatikan dalam kurikulum bahasa arab. Hal tersebut ada sifat perencanaan,
asas-asas kurikulum, karakteristik perncanaan dan semacamnya perihal
perencanaan kurikulum.
B. Penanggung Jawab
Perencanaan
Dalam prinsip manajemen faktor pimpinan
merupakan faktor utama karena kemampuan
seorang pemimpin dalam menggerakan resouces akan menentukan keberhasilannya dalam mencapai
tujuan. Oleh karena itu hal pertama yang harus di perhatikan adalah siapa yang
bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum. Secara garis besar ada dua[5] yaitu.
1.
Administrative
approach
Merupakan kurikulum
direncanakan oleh pihak atasan (administrator pendidikan) kemudian diturunkan
kepada instansi bawahan terus ke guru. Guru dalam pendekatan ini tidak
dilibatkan dan bersifat pasif.
2.
Grass Roots
Approach
Pimpinan serta guru
atau pengajar dapat merencanakan kurikulum atau perubahan kurikulum karena
melihat kekurangan dalam kurikulum yang lalu dengan harapan dapat meluas ke
lembaga lain. Hal ini dapat terjadi karena guru adalah manajer dimana guru
harus ikut bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum yang sudah disusun.
Maka demi optimalisasi keberhasilan
pengajaran bahasa Arab diperlukan manajemen yang terpadu, yang dimulai dari
pucuk top manajer. Mustahil keberhasilan pengajaran bila pimpinan tidak
mempunyai kepedulian terhadap bahasa Arab itu sendiri.[6]
Termasuk keahlian dalam pengauasaan bahasa Arab bagi pimpinan lembaga yang
menjadikan bahasa Arab sebagai ikon dan prioritas lembaganya.
C. Tujuan dan Fungsi
Perencanaan
Tujuan perencanaan
kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka teori dan penelitian terhadap
kekuatan sosial, pengembangan masyarakat, kebutuhan, dan gaya belajar siswa.
Beberapa keputusan harus dibuat ketika merencanakan kurikulum dan keputusan
tersebut harus mengarah pada spesifikasi berdasarkan kriteria. Merencanakan
pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan kurikulum
karena karena pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap siswa daripada kurikulum
itu sendiri.[7]
Perencanaan perlu disusun dengan cermat, teliti dan menyeluruh oleh
pimpinan. Hal itu dikarenakan fungsi dari perencanaan kurikulum yang sangat
krusial, yaitu sebagai berikut: [8]
1.
Sebagai pedoman atau alat manajemen dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, yang berisi petunjuk tentang jenis, sumber
peserta, media, tindakan yang diperlukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang
diperlukan, sistem kontrol, evaluasi dan lain-lain untuk mencapai tujuan
manajemen organisasi.
2.
Sebagai penggerak
roda atau pencipta perubahan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan
organisasi.
3.
Sebagai motivasi
untuk melaksanakan sistem pendidikan ke arah yang lebih baik
Dari paparan tujuan dan fungsi di atas, dapat dipahami betapa sangat
pentingnya perencanaan kurikulum bahasa Arab. Tanpa sebuah proses perencanaan
maka akan terjadi model kurikulum spontanitas. Capaian target pada tiap
pertemuan tidak terukur dengan jelas. Hal-hal yang seharusnya dipersiapkan tidak diperkirakan dengan teliti dan
menyeluruh. Ujungnya yang terjadi adalah kurang maksimalnya capaian
pembelajaran disamping proses pendidikan nanti tidak bisa membawa perubahan
sesuai kebutuhan masyarakat dan misi institusi.
D. Karakteristik dan
Asas Perencanaan
Perencanaan kurikulum disusun berdasar
asas-asas sebagai berikut[9]:
1.
Objektivitas. Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang
jelas dan spesifik berdasarkan
tujuan pendidikan nasional, data input yang nyata sesuai dengan kebutuhan.
2.
Keterpaduan. Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan
sumber dari semua disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat,
keterpaduan internal, serta keterpaduan dalam proses penyampaian.
3.
Manfaat. Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan
pengetahuan dan keterampilan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan
dan tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan strategis dalam penyelenggaraan
pendidikan.
4.
Efisiensi dan efektivitas. Perencanaan kurikulum disusun
berdasarkan prinsip efisiensi dana, tenaga, dan waktu dalam mencapai tujuan dan
hasil pendidikan.
5.
Kesesuaian. Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan
sasaran peserta didik, kemampuan tenaga kependidikan, kemajuan IPTEK, dan
perubahan/perkembangan masyarakat.
6.
Keseimbangan. Perencanaan kurikulum memperhatikan
keseimbangan antara jenis bidang studi, sumber yang tersedia, serta antara
kemampuan dan program yang akan dilaksanakan.
7.
Kemudahan. Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan
bagi para pemakainya yang membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode
untuk melaksanakan proses pembelajaran.
8.
Berkesinambungan. Perencanaan kurikulum ditata secara
berkesinambungan sejalan dengan tahapan, jenis, dan jenjang satuan pendidikan.
9.
Pembakuan. Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan
jenjang dan jenis satuan pendidikan, sejak dari pusat sampai daerah.
10. Mutu, Perencanaan kurikulum memuat perangkat
pembelajaran yang bermutu, sehingga turut meningkatkan mutu proses belajar dan
kualitas lulusan secara keseluruhan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses
perencanaan pengembangan kurikulum:[10]
1.
Memformulasikan fokus tujuan pengembangan serta
penyesuaiannya dalam program-program pembelajaran
2.
Menentukan arah dan segi pengembangan kurikulum
3.
Menentukan metode, strategi dan media yang akan dipakai
4.
Menyusun rencana umum yang akan diimplementasikan pada
pengembangan kurikulum
E. Model Perencanaan
Kurikulum
Ada empat model perencanaan kurikulum[11]
yaitu:
1.
Rasional Tyler / Rasional Deduktif
Menitik
beratkan logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari
spesifik tujuan tetapi cenderung
mengabaikan problematika dalam lingkungan tugas. Model ini cocok untuk sistem
pendidikan sentralistik yang menitik beratkan pada sistem perencanaan pusat.
2.
Interaktif Rasional.
Model
ini memandang rasionalitas sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat yang
berbeda, model ini dinamakan model situasional yang menekankan pada respon
fleksibel kurikulum yang tidak memuaskan dan intensif pada tingkat sekolah dan
local. Hal ini dimungkinkan karena suatu keyakinan ideology masyarakat
demokrasi atau pengembangan kurikulum berbasis sekolah.
3.
The Disciplines Model
Perencanaan
ini menitik beratkan pada guru. Dimana guru sendiri yang merencanakan kurikulum
berdasarkan pertimbangan pengetahuan filosofis, sosiologi, psikologi,
4.
No Planning
Merupakan
suatu model berdasarkan pertimbangan intuitif guru di dalam ruangan kelas
sebagai bentuk pembuatan keputusan, hanya sedikit upaya kecuali merumuskan
tujuan khusus, formalitas pendapat dan analisis intelektual.
Keempat model tersebut merupakan model idel
dan bukan model perencanaan yang aktual. Umumnya perencanaan kurikulum
mengandung empat model tersebut.
F.
Sifat Perencanaan
Suatu perencanaan kurikulum memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
1.
Bersifat strategis, karena merupakan instrumen yang
sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
2.
Bersifat komprehensif yang mencakup keeluruhan
aspek-aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat.
3.
Bersifat integrative Yang menintregasikan rencana yang
luas, mencakup pengembangan dimensi kualitas dan kuantitas.
4.
Bersifat realistik, berdasarkan kebutuhan nyata peserta
didik dan masyarakat.
5.
Bersifat humanistic, menitik beratkan pada pengembangan
sumberdaya manusia, baik kuantitatif maupun kualitatif.
6.
Bersifat futuralistik Mengacu jauh kedepan dalam
merencanakan masyarakat yang maju.
7.
Bagian integral yang mendukung manajemen pendidikan
secara sistemik.
8.
Mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai standar
nasional.
9.
Berdiversifikasi untuk melayani keseragaman peserta
didik.
10. Bersifat desentralistik, karena dikembangkan
oleh daerah sesuai dengan kondisi dan potensi daerah. [12]
G. Kerangka Kerja
Perencanaan Kurikulum
Berdasarkan pemikiran dan teori Tyler (1950),
Henrick (1950), Edward King (1950, 1957), dan Robert Harnack (1968), Oemar
Hamalik lalu menguraikan kerangka kerja perencanaan kurikulum,[13]
yaitu:
1. Fondasi
Pendidikan berdasar atas tiga daerah fondasi
yang luas. Yaitu filsafat, sosiologi dan psikologi, yang berhubungan dengan
kebutuhan individu maupun masyarakat. Perencanaan kurikulum berhubungan dengan
fokus spesifik dari subjek daerah fondasi tersebut.
2. Tujuan (Goals)
Tujuan dikembangkan sesuai dengan jenjang
wilayah, yakni nasional dan daerah. Tingkat nasional memberikan petunjuk bagi
pengembangan lokal, dan sebaliknya. Masalahnya, perencanaan kurikulum yang
spesifik tidak mempertimbangkan rumusan tujuan yang luas atau rumusan tujuan
umum berkelanjutan.
3. General Objective
Sasaran umum menyajikan berbagai sasaran yang
mengalihkan kegiatan belajar mengajar sejalan dengan tingkat perkembangan siswa
sehingga program pendidikan pun sejalan dengan tingkat perkembangan siswa
tersebut.
4. Decision Screen
Guru atau pihak perencana kurikulum perlu
mempertimbangkan lima wilayah yang akan mempengaruhi keputusan mereka, yaitu
(a) karakteristik siswa yang menggunakan kurikulum tersebut, (b) refleksi
prinsip-prinsip belajar, (c) sumber-sumber umum penunjang, (d) jenis pendekatan
kurikulum, dan (e) pengorganisasian pengelolaan disiplin spesifik yang
digunakan dalam perencanaan situasi belajar mengajar.
5. Komponen Perencanaan Kurikulum
Komponen ini terdiri atas (a) perumusan
tujuan belajar atau hasil tujuan yang digunakan, (b) konten yang terdiri atas
fakta, dan konsep yang berhubungan dengan tujuan, (c) kegiatan yang mungkin
digunakan untuk melaksanakan tujuan, (d) sumber-sumber yang mungkin digunakan
untuk mencapai tujuan, dan (e) alat pengukuran untuk menentukan derajat
pencapaian tujuan.
Pengembangan kurikulum khususnya pembelajaran
bahasa Arab agar menjadi silabus dan RPP yang hasil guna, sebagai realisasi
pemberlakuan kurikulum bahasa Arab di madrasah, maka tugas guru bahasa Arab
adalah mengembangkan silabus dan RPP. Agar silabus dapat dilaksanakan dengan
baik, guru dituntut untuk mengembangkannya menjadi RPP secara konstekstual. RPP
yang diturunkan dari silabus yang disusun harus aplikatif di kelas.[14]
H. Langkah-Langkah
merancang
Langkah-langkah merancang suatu kurikulum
adalah sebagai berikut:
1.
Perumusan Tujuan.
Di dalam merumuskan tujuan, perlu
diperhatikan apa yang ingin didapat oleh peserta seusai proses. Dalam perumusan
tujuan, perlu diingat :
a)
Tujuan adalah pada diri peserta
b)
Tujuan berupa hasil belajar perilaku tertentu (biasanya
dinyatakan dengan infinitive / kata kerja tertentu)
c)
Objek dari tujuan itu (berupa materinya)
Tujuan
yang dirumuskan di dalam kurikulum adalah tujuan umum yang tidak bisa langsung
dilakukan pengamatan atau pengukuran.
2.
Perumusan Isi Kurikulum
Isi kurikulum adalah keseluruhan materi dan
kegiatan yang tersusun dalam urutan dan ruang lingkup yang mencakup bidang
pengajaran, mata pelajaran, masalah-masah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Atau dapat dikatakan
susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan kurikulum yang telah
ditentukan sebelumnya.
3.
Perumusan Metode dan Strategi
Pembelajaran
Metode
atau strategi yang dipilih dirincikan. Untuk suatu tujuan atau materi tertentu
bisa saja digunakan beberapa metode, demikian juga sebaliknya. Tahapan ini
berisi berbagai aktifitas yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi
belajar mengajar. Aktivitas ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh
muatan yang ditentukan sehingga tujuan yang ditetapkan terutama maksud dan
tujuan kurikulum dapat tercapai.
4.
Merancang Strategi Bimbingan
Keseluruhan proses bimbingan untuk membantu
siswa memecahkan masalah dan kesulitan yang dihadapinya dan memperbaiki serta
mengembangankan kemampuannya sehingga tujuan kurikulum yang telah ditentukan
dapat terwujud.
5.
Sumber
Sumber
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan kurikulum yang telah ditentukan.
6.
Penentuan evaluasi yang
diperlukan
Evaluasi dilakukan secara bertahap, berkesinambungan
dan bersifat terbuka. Dari evaluasi akan didapat keterangan mengenai kegiatan
dan kemajuan belajar siswa dan pelaksanaan kurikulum oleh guru. Serta apakah
tujuan kurikulum yang ada telah terlaksana dengan baik.[15]
Proses perencanaan strategis dalam konteks
pendidikan tidak jauh beda dengan yang biasa dipergunakan dalam dunia industry
dan komersial.[16]
Terdapat
tiga strategi pemasaran umum yang bisa dipakai tiap institusi[17]:
1. Stategi biaya rendah.
Strategi ini menuntut institusi untuk
memasang biaya paling rendah dalam pasarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengontrol ketat terhadap pengeluaran
sehingga dana bisa dimanfaakan sesuai keperluan. Biaya yang lebih rendah
menjadi daya tarik yang menawan bagi mereka yang kurang berkemampuan untuk
membayar biaya pendidikan.
2. Stategi pembedaan (ciri khas)
Strategi yang menuntut institusi untuk
menjadi unik dalam beberapa hal dibanding pesaingnya. Dalam pendidikan strategi
ini selain bisa menarik minat terhadap institusi juga memudahkan memperoleh
sumber-sumber dana alternatif.
3. Strategi Fokus
Strategi ini mencakup konsentrasi pada sebuah
wilayah geografis, kelompok pelanggan atau segmen pasar tertentu. Dengan target
tertentu institusi akann menyesuaikan program-programnya agar lebih dekat
dengan kebutuhan kelompok target.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman bin Ibrahim Al-Fauzan, Idlo’at
li Muallimill Lughotul Arabiyyah li Ghoirin Natiqina Biha (Riyadl:
Arabiyyah Lil Jami’, 2011)
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode
Pengajarannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
Edward Sallis, Total Quality Management in
Education (Manajemen Mutu Pendidikan) (Yogyakarta: Ircisod, 2012)
Hilmi Ahmad Al Wakil dan Muhammad Amin Al
Mufti, Ususul Binail Manahij wa Tandimatiha (Aman: Darul Masyroh, 2007)
Muhaimin dkk, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya
dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (Jakarta: Prenada
Media Group, 2011)
Nur Sholeh dan Ulin Nuha, Pengembangan
Kurikulum Bahasa Arab (Yogya: Diva Press, 2013)
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan
Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan
Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)
Udin Syaefudin Sa’ud, Perencanaan
Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007)
[2]Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 171
[3]lisanarabi.net/مقالات/313-دخول-اللغة-العربية-وانتشارها-في-إندونيسيا.html tulisan berjudul دخول اللغة العربية وانتشارها في إندونيسيا جوهر Nasarudin Idris Jauhar, diakses tanggal 6 Maret 2016 pukul
12.30 WIB
[5]Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 149 - 150
[6]Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 141
[8]Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, hlm.152
[10]Hilmi Ahmad Al Wakil
dan Muhammad Amin Al Mufti, Ususul Binail Manahij wa Tandimatiha (Aman:
Darul Masyroh, 2007), hlm. 357
[13]Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 174 – 177
[14]Nur Sholeh dan Ulin Nuha, Pengembangan
Kurikulum Bahasa Arab (Yogya: Diva Press, 2013), hlm. 165 – 166
[16]Edward Sallis, Total Quality Management in Education
(Manajemen Mutu Pendidikan) (Yogyakarta: Ircisod, 2012), hlm. 212
[17]Edward Sallis, Total Quality Management in
Education, hlm. 227 – 228
0 comments
Post a Comment